Infest Yogyakarta Siap Jalin Kerjasama dengan FDKI

Blog Single

Jum’at 17 November 2023, Hj. Farida, M.Si. wakil dekan 2 Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) IAIN Kudus, Rukhaini Fitri Rahmawati, M.Pd.I. Kaprodi Pengembangan Masyarakat Islam bersama sepuluh  peserta benchmarking dari IAIN Kudus datang ke kota pelajar. Tujuan benchmarking edisi ini adalah Infest (Institute of Education Development, Social, Religious and Cultural Studies). Infest merupakan lembaga nirlaba di Yogyakarta yang konsentrasi dalam kajian pengembangan pendidikan, sosial, agama, dan kebudayaan.

Sofwan Hadi wakil direktur Infest bersama legal dan program officernya (Nisrina Muthahari dan Novia Putri) menyambut kedatangan rombongan. “terima kasih telah mengunjungi kami untuk benchmarking, kami merasa tersanjung atas kedatangan rombongan dari FDKI IAIN Kudus” ucap sofwan.

“Infest mempunyai visi melakukan percepatan proses demokratisasi Indonesia dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia. Visi tersebut kami turunkan dalam beberapa misi antara lain: 1. Memperkuat basis layanan pendidikan di Indonesia, 2. Memperkuat jejaring informasi pendidikan, sosial, agama, dan kebudayaan, 3.  Melakukan advokasi dan kajian atas pemenuhan hak-hak dasar warga negara”.

“visi dan misi kemudian kami terjemahkan dan realisasikan dalam beberapa program kerja antara lain: 1. Perbaikan tata kelola pemerintah desa; melalui aplikasi sistem informasi desa (Mitra Desa). Aplikasi ini dibangun dengan tujuan untuk mendukung pemerintah desa dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang mudah, cepat dan transparan. 2.  Jogja Goes Open Source (JGOS) adalah program untuk mengkampanyekan dan membantu proses penyebaran penggunaan perangkat lunak legal berbasis open source di Yogyakarta, 3.  Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSDBM); merupakan layanan untuk pengarusutamaan isu Buruh Migran Indonesia (BMI) melalui pengelolaan informasi dan pengetahuan, 4. Sekolah desa; layanan ini bertujuan untuk membangun kapasitas yang memadai di kalangan pemerintah dan warga desa dalam pengelolaan, perencanaan dan evaluasi pembangunan.  5. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk gerakan sosial, 6. Sekolah Sore Infest; merupakan Program Beasiswa Magang bagi mahasiswa dan pekerja sosial di Yogyakarta selama 3 bulan. Tim mentor Infest akan memberi penguatan kapasitas baik isu (desa dan buruh migran), maupun kapasitas teknis pendukung seperti jurnalisme data, knowledge management, foto dan videografi, desain grafis, hingga teknik menjadi fasilitator handal”.

“semua program kerja terlaksana dengan baik, untuk aplikasi mitra desa mulai digunakan tahun kedua setelah kami berdiri, yaitu tahun 2011. Aplikasi itu semakin berkembang dan cakupannya saat ini meliputi; a. Pengelolaan data dan administrasi penduduk desa; b. Pengelolaan pelayanan surat menyurat pemerintah desa; c. Penyusunan dan penyajian profil desa; d. Penyajian data kemiskinan di tingkat desa; e. Tata kelola peristiwa kependudukan (Lahir, Mati, Pindah dan Migrasi Tenaga Kerja ke luar negeri); f. Pendataan Aset Desa; g. Penyajian Statistik; h. Pengelolaan data Keuangan Desa Partisipatif (Perencanaan, Penganggaran, Penatausahaan, Pelaporan); i. Survei Terbuka; j. Integrasi data keuangan desa ke aplikasi pihak ketiga/penghubung atau middleware”.

“selain itu di desa kami juga konsen pada pendampingan, pengembangan, pemberdayaan, serta konseling komunitas.  Advokasi kebijakan publik dan pemberdayaan literasi baca-tulis biasa maupun digital, juga kita garap”, terang sofwan panjang lebar.

Farida mewakili rombongan mengucapkan terima kasih atas sambutan dan explanasi profil serta materi yang disampaikan. “harapan kami kegiatan ini bisa ditindaklanjuti berupa kerjasama antara kedua belah pihak. Berkaca dari visi, misi dan program kerja, kami melihat ada beberapa “benang merah” seperti: pengembangan masyarakat desa, pendampingan dan konseling komunitas, pengelolaan informasi untuk gerakan sosial maupun sekolah sore infest, sangat mungkin menjadi ruang implementasi MBKM bagi mahasiswa FDKI”. Semoga infest nanti berkenan jika rumusan kerjasama kami tuangkan secara legal dalam memorandum of agreement (MOA), bisa ya pak sofwan? tanya farida.   

“tentu ibu, kami sangat terbuka dengan kerjasama, selama ini kami terbukti bisa menjalin kerjasama dengan banyak pihak”, jawab sofwan. Benchmarking diakhiri dengan penyerahan cindera mata dari FDKI IAIN Kudus. (KUA)

Share this Post1:

Galeri Photo